Kamis, 30 Juni 2016

Terdapat Kemudahan Dibalik Kesulitan

Ilustrasi. • Mediamuallaf.com
Oleh: Hasrian Rudi Setiawan, MPdI
Dalam setiap kehidupan seorang muslimah, ujian dan cobaan terkadang menghujani. Bahkan terkadang semakin lama cobaan dan ujian semangkin bertambah besar baik karena tekanan yang sifatnya eksternal maupun internal. Setiap muslim dituntut untuk meyakini bahwa setiap kejadian di dunia ini telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk ciptaan Allah, maka diharapkan kita tidak mudah berputus asa dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah. Cobaan merupakan sebuah ujian dari Allah yang dengannya jika kita mampu lulus dalam ujian tersebut, kita akan mendapatkan sebuah kemuliaan. Karena itu, seorang muslim harus meyakini bahwa dibalik segala cobaan dan ujian selalu terdapat kemudahan selama kita terus berupaya mencari jalan keluar agar lulus dari cobaan dan ujian tersebut. Tentunya terkandung hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dalam setiap cobaan dan ujian yang dilalui. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan macam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al-Baqarah : 214).

Ayat ini menggambarkan bahwa setiap insan (manusia) akan diberikan cobaan dan ujian dalam kehidupan ini. Ujian dan cobaan tersebut menimpa seseorang dengan bentuk yang berbeda-beda. Terkadang cobaan dan ujian tersebut muncul dalam bentuk yang tidak disukainya (kesengsaraan) dan terkadang dalam bentuk kenikmatan (kebahagiaan). Dalam ayat tersebut dijelaskan pula bahwa Allah akan memberikan jalan keluar dan pertolongan kepada setiap manusia. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa: Ubaidah ibn al-Jarrah, seorang jenderal yang memimpin tentara Islam dalam pertempuran melawan bangsa Romawi, pernah mengirim surat kepada Khalifah Umar ibn al-Khattab tentang kesulitan kesulitan yang dihadapi. Kemudian Khalifah Umar ibn al Khattab membalas surat tersebut dan berpesan kepada Ubaidah ibn al-Jarrah agar dia bersabar dan tahan uji, karena Allah akan memberikan banyak kemudahan di balik kesulitan itu.

Sabar, tahan uji dan optimisme (penuh harap) terhadap pertolongan Allah seperti yang dipesankan oleh Khalifah Umar ibn Khattab tersebut, tentunya harus menjadi keyakinan seorang muslim. Tentunya, kemudahan tersebut tidak akan datang dengan sendirinya tanpa adanya ikhtiar dan usaha. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar mendapatkan jalan keluar dari setiap ujian dan cobaan tersebut, diantaranya adalah: Pertama, usaha dan kerja keras dari setiap orang yang diterpa ujian dan cobaan. Usaha dan kerja keras merupakan hal yang yang harus dilakukan oleh seseorang untuk keluar dan lulus dari ujian yang menimpanya. Orang yang pasrah dan tidak mau berusaha mengatasi problem hidupnya maka dia tidak akan pernah keluar dari ujian dan cobaan tersebut. Sebab Allah tidak akan mengubah nasib seseorang ataupun kaum sebelum dia berusaha dan berikhtiar mengubah nasbnya sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alqur'an yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ra’d: 11).

Kedua, sabar dan tahan uji dalam mengatasi kesulitan. Sabar dan tahan uji dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan salah satu tanda kebenaran dan kejujuran iman seorang hamba kepada Allah SWT. Ujian dan cobaan yang datang menerpa kehidupan setiap manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan Allah, Tidak ada satu pun yang mampu menghalau ketentuan tersebut. Sikap sabar dan tahan uji sangatlah dibutuhkan dalam menghadapi setiap badai cobaan yang menerpa, sehingga dengan demikian tidak menjadikan diri kita berburuk sangka kepada Allah SWT terhadap segala ketentuan-Nya. Karena itu, dalam keadaan bagaimanapun, sebagai hamba Allah hendaknya senantiasa selalu berbaik sangka kepada Allah dan harus yakin bahwa Allah menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai ujian atas keimanan kita.

Ketiga, penuh harap dan optimis bahwa kesulitan itu akan segera berlalu. Dalam menghadapi ujian dan cobaan sikap penuh harap dan optimis merupakan sifat yang harus dimunculkan. Hal ini karena, agar manusia dalam menghadapi ujian dan cobaan tidak gelap mata dan memiliki semangat untuk keluar dari ujian dan cobaan tersebut. Manusia dalam menyikapi dan menghadapi cobaan berbeda-beda, ada orang yang dalam menghadapi ujian dan cobaan dengan lebih memilih untuk patah semangat atau putus asa dalam menjalaninya. Namun ada pula, orang yang dalam menghadapi ujian dan cobaan dengan sikap penuh harap (optimisme) disertai instrospeksi dan mawas diri. Orang yang mengambil sikap ini tidak pernah menimpakan kesalahan kepada orang lain, apalagi kepada Allah. Ia juga tidak pernah berprasangka buruk kepada Allah meskipun doa yang dipanjatkan belum juga terkabul. Bahkan, Ia justru mengevaluasi diri apakah usaha dan doa yang dilakukan belum optimal. Karena itu, sikap penuh harap dan optimis harus dimunculkan ketika menghadapi ujian dan cobaan hidup, dan kita harus yakin bahwa setiap ada kesulitan pasti terdapat kemudahan serta jalan keluar untuk menyelesaikannya.

• Penulis adalah Dosen FAI UMSU.

Kesalahan Dalam Mendidik Buah Hati

Ilustrasi. • Mediamuallaf.com
Oleh: Hasrian Rudi Setiawan, MPdI
Anak dilahirkan ibarat kertas putih yang masih bersih dari goresan tinta. Orang tua dan orang terdekatnyalah yang dapat mengisi dengan goresan tinta tersebut. Bila anak diajarkan akan nilai kebaikan maka akan menjadi anak yang baik saat mereka dewasa nanti. Namun, sebaliknya jika akan diajarkan akan nilai-nilai keburukan maka jangan salahkan bila saat dewasa nanti anak akan berperilaku menyimpang. Dengan demikian, karakter anak saat ia besar adalah cerminan dari karakter orang tua dan orang terdekatnya. Karena itu, dalam mendidik anak dituntut untuk berhati-hati, sebab seorang anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

Banyak kasus yang terjadi akibat kesalahan dalam mendidik anak, saat ini banyak ditemukan berbagai kasus, bagaimana seorang anak yang masih dalam usia muda harus sampai berurusan dengan hukum, misalnya karena terkait tawuran antar pelajar, narkoba, mencuri dan sebagainya. Bila diselidiki masalanya bermuara pada kurangnya perhatian seorang anak kepada kedua orang tuanya atau orang terdekatnya. Kurangnya perhatian orang tua mungkin dapat dikatakan merupakan sebuah kelalayan atau bahkan kondisi kehidupan yang kian hari kian sulit, mungkin dikarenakan orang tua sibuk bekerja mencari nafkah untuk anaknya. Tapi selain itu masih banyak lagi kesalahan-kesalahan yang terkadang tidak disadari oleh orang tua dalam mendidik anak, diantaranya adalah: Pertama, Mendidik anak menjadi penakut. Orang tua kelihatan panik ketika melihat anaknya menangis. Hal yang sering dilakukan orang tua untuk mendiamkan anak adalah dengan cara menakut-nakutin anak dengan hal-hal tertentu, misalnya dengan mengatakan “nak jangan menangis nanti hantu marah”, atau dengan menakutinya dengan hal-hal yang lain. Dampaknya adalah anak akan tumbuh sebagi orang yang penakut. Misalnya takut tidur sendiri, takut kekamar mandi dan lain sebagainya. Dan hal yang lebih parah lagi tanpa kita sadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dalam menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit. Memang dengan cara menakut-nakutin anak cara ini terkadang cukup efektif dalam mendiamkan anak yang menagis, tapi hal ini merupakan kesalahan dalam mendidik, karena anak diam dari tangisanya karena diliputi rasa takut bukan diam karena mendapatkan ketenangan.

Kedua, Selalu memenuhi permintaan anak. Dalam praktek mendidik anak ada sebahagian orang tua yang selalu memberikan apa yang anak minta, padahal hal ini akan menjadikan anak menjadi malas untuk berusaha. Selain itu juga tidak setiap apa yang diinginkan anak itu bermanfaat atau sesuai dengan apa yang ia butuhkan. Sebahagian orang tua terkadang tidak memikirkan baik buruknya pada anak. Asalkan anak senang, maka apapun akan dilakukan orang tua. Dampaknya jika anak terbiasa terpenuhi segala permintaannya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak pandai menghargai sesuatu.

Ketiga, Membiasakan anak hidup boros. Sebagian orang tua ada yang membiasakan anaknya untuk hidup boros. Hal ini biasanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah keatas. Biasanya hal ini dilakukan orang tua tanpa disadari. Karena akses dan kebutuhan yang dinginkan begitu mudah terpenuhi. Mengajarkan anak beroya-foya akan  menjadikan anak terlihat manja dan malas. Kecenderungan itu akan semakin jelas terlihat disaat mereka memenuhi kebutuhan pribadi. Suatu saat nanti mereka ibarat parasit yang terus menggerogoti orangtuanya. Sebab kemandirian tidak akan tercipta secara revolusi. Karena itu, hendaknya orang tua jangan terlalu menuruti apa yang diinginkan anak, tanpa dipikirkan terlebih dahulu apa yang ia butuhkan.

Keempat, Mendidik anak dengan kekerasan. Dalam mendidik anak jauhkan dengan menggunakan kekerasan, sebab kekerasan tidak akan menjadikan anak menjadi baik, bahkan jika dididik anak dengan kekerasan akan menjadikan karakternya menjadi orang yang keras. Hal yang sering diilakukan orang tua dalam mendidik anak dengan kekerasan seperti : memukul anak hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Pada umumnya perlakuan tersebut terjadi ketika sang anak berbuat salah. Namun, cara yang paling baik adalah jika kita menjumpai kesalahan pada anak atau anak berbuat salah maka cara yang baik adalah menegurnya dengan lemah lembut, jika anak tetap melakukan kesalahan kedua maka tegurlah dengan lemah lembut, namun jika anak tetap melakukan kesalahan maka diperbolehkan untuk memberikan hukuman namun jangan sampai melukai fisik anak.

Kelima, Terlalu percaya terhadap anak. Ada sebahagian orang tua yang percaya 100% kepada anak. Selalu menyangka apa yang diperbuat oleh anaknya telah tepat dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, bahkan tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya. Tipe orang tua seperti ini dalam mendidik anak adalah salah, karena banyak fakta orang tua yang terlalu percaya pada anaknya, akhirnya anak terjerumus pada tindakan menyimpang, seperti anak terkena narkoba dan lain sebagainya.

Dari lima kesalahan orang tua dalam mendidik anak tersebut, sebenarnya masih banyak lagi kesalahan orang tua lainnya dalam mendidik anak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Karena itu, hendaknya settiap orang tua berusaha memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak dan selalu mencari tahu bagaimana seharusnya mendidik anak yang benar. Agar tidak salah dalam mendidiknya. Sebab apabila orang tua salah mendidik anak, maka anak tidak akan tumbuh sesuai dengan yang diharapkan.

• Penulis adalah Dosen FAI UMSU.

Senin, 20 Juni 2016

Menahan Lidah

Gedung UMSU Medan Sumut. • Mediamuallaf.com
Oleh : Zailani, MA
Kebaikan Manusia ada pada tiga jalur, yang pertama terdapat dalam katanya, kedua terlihat dari perbuatan sehari-hari dan yang ketiga pada niatnya. Apabila tiga hal ini dikombinasi, bukan hanya dia begitu berbeda dibandingkan manusia yang lain, tapi derajatnya juga ditinggikan hingga melebihi malaikat. Karena sebagian besar manusia hanya mampu melaksanakan beberapa jalur saja.

Ada yang pandai berbicara sedikit bertindak, sering disebut NATO (no action talk only), Allah menyindir jenis manusia seperti dalam Alqur'an surat Ash-Shaff ayat 2 artinya "Hai-orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat," Jenis yang lain, suka menolong dengan harta atau sejenisnya tapi lidahnya tidak terkontrol penuh duri dan racun.
                
Untuk model terakhir, hanya berniat tanpa suara, banyak bercita-cita tanpa perbuatan. Dari setiap unsur anggota tubuh manusia, indra yang paling mudah digunakan adalah lidah. Kekuatan lidah terletak pada kelenturannya, karenanya lidah merupakan senjata ampuh yang paling mematikan sekaligus lisan juga obat yang manjur untuk menenangkan tajamnya pedang hanya mampu melukai orang yang terkena pedang tersebut dengan jarak yang dekat.
                
Namun tajamnya lisan mampu membunuh suatu bangsa dan menghancurkan hubungan kekerabatan. Pada masa jamannya penjajahan Belanda di Indonesia, politik yang mereka gunakan salah satunya adalah siasat lidah, istilah itu dikenal istilah, "Devide et impera" (Pecah belah dan kuasai), disisi yang lain lidah mengambil peran strategis dalam mengantarkan orang ke jalan kebaikkan.
                
Masuknya manusia nusantara ini kedalam Islam diawali dengan dakwah yang dibawa oleh para saudagar muslim, karena lidah bisa berperan ganda menghancurkan dan membangun maka yang perlu dikendalikan terlebih dahulu sebelum menjinakkan lidah adalah nafsu.
                
Untuk mengendalikannya perlu akidah yang kuat dan iman yang tinggi untuk mengikatnya. Dengan demikian lidah menjadi mudah diarahkan kearah kebaikan. Jadi letak kemulian seseorang tidak hanya dari sikap, "ringan tangan," tapi juga kata-katanya menyeyukkan.
                
Mengkondisikan lisan memang membutuhkan perjuangan yang panjang karena dalam hitungan detik saja bisa membuat orang terluka, sehingga menjaganya sangat penting sekali, kalau seseorang tidak banyak membantu dengan perbuatan, maka menjaga lidah dari fitnah, hujat, dan caci maki bagian terpenting untuk dilakukan.
                
Hadist Nabi SAW artinya, "sesungguhnya seseorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan baik atau buruknya maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh dari pada jarak antara sudut timur dan sudut barat," (mutafaqun alaih).
                
Seseorang yang dilengkapi dengan prestise yang tinggi di masyarakat mempunyai resiko yang besar dalah menyalahgunakan lisan saat berinteraksi, seseorang yang punya jabatan dan kekuasaan secara naluri umumnya mendekatkannya dengan kesombongan dan keangkuhan. Manifestasinya berbeda-beda, adanya dengan kebijakan, memamerkan harta, ada dengan juga lidahnya ketidakmampuan mengontrol perkataan dan cendrung menusuk Qarun dan Fir’aun merupakan contoh sejarah hitam hartawan dan penguasa yang lupa, "daratan dan konsep dirinya,".
                
Berkenaan dengan hal tersebut menjaga lisan dari perkataan yang mubazir dan sia-sia bagian ibadah yang seyogianya di tunaikkan. Dapatnya hikmah dan pahala puasa salah satunya adalah menghindari diri dari perkataan yang mengandung dosa, kalau diam lebih indah dari berbicara, maka hal itu jauh lebih mulia dibandingkan berkomentar.
                
Dengan sedikit berbicara lebih banyak merenung bagian tipologi hamba-hamba yang mawas diri dari bahaya-bahaya lisan. Untuk menjauhi prilaku tersebut berinteraksi dengan Alqur'an dan banhyak berzikir kepadaNya menyadikan lidah semakin Islam dalam bersuara dan berkata. Tidak ada lagi ucapan sia-sia yang tinggal kata bijak dan penuh hikmah. Wallahu alam.

• Penulis adalah : Dosen FAI UMSU Medan-SUMUT.

Minggu, 19 Juni 2016

Siswa Berprestasi Terima Hadiah Dari Plt Kepsek SMP Negeri 4 Binjai

Kepala SMP Negri 4 Kota Binjai Hj Julinarway, SPd foto bersama dengan murid-murid berprestasi. • Mediamuallaf.com
Liputan Drs M Arifin Pohan 
BINJAI – mediamuallaf.com : Perasaan haru bercampur bangga dan gembira terlihat dari wajah-wajah anak berprestasi di sekolah SMP NegEri 4 Kelurahan Timbang Langkat kecamatan Binjai Timur kota Binjai, perasaan bangga dan gembira terlihat saat mereka menerima hadiah dari Plt Kepala Sekolah SMP Negeri 4 atas juara sekolah dalam bidang pelajaran maupun bidang olah raga. Sabtu (18/6).

Plt Kepala SMP Negri 4 Binjai Hj Julinarwaty SPd mengatakan, pemberian hadiah kepada anak-anak yang berhasil meraih juara (berprestasi) sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap mereka, sehingga hal tersebut memotivasi anak didik lainnya agar meningkatkan prestasinya.

“Kami memberikan hadiah bagi mereka yang menjadi rangking di kelasnya dan juga saat mereka mengikuti lomba kelas sebelum buku rapot dibagikan harapan para tenaga pendidik dan pengajar mereka yang mendapatkan hadiah agar mempertahankan prestasinya dan yang belum, tentu agar bisa berpacu semangatnya dalam belajar,” kata Hj Julinarwaty SPd.

Beberapa siswa SMP Negeri 4 Binjai yang mendapat hadiah ketika ditemui mediamuallaf.com, mengaku sangat berterimakasih dengan apa yang telah diberikan oleh sekolahnya, hadiah ini akan memacu kami dalam meningkatkan semangat belajar dan mempertahankan prestasi yang di raih,” terimakasih kepada Bapak/Ibu guru yang telah mendidik dan mengajar hingga  kami berhasil seperti ini,” ujar siswa yang mendapat hadiah. 

Sabtu, 18 Juni 2016

Makna Menahan Lapar dan Haus di Bulan Ramadhan

Struktur Pengelola Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan Tahun 2016. • Mediamuallaf.com
Oleh : Drs H AHMAD BANGUN NASUTION, MA
Ketika bulan Ramadhan menjelma banyak umat Islam berkemas menanti datangnya bulan suci itu. Dengan suka ria gembira, sibuk menziarahi kuburan keluarganya, menyiapkan tepung puasa, satu puasa minyak puasa, kayu api puasa, kurma, masak, strop manis juadah yang sedap dan halwa-halwa yang lezat. Semua itu mereka namai keperluan puasa, boleh saja mereka merasa gembira dapat mengumpulkan bahan yang mereka hajat itu asalkan tidak memberatkan diri dan memboroskan belanja karena puasa.
                
Makan dan minum yang nikmat bukan tidak diperbolehkan dalam aturan agama. Boleh saja kaum muslimin menikmati makanan dan minuman yang nikmat-nikmat. Meski demikian kaum muslimin harus memperhatikan rambu-rambu dalam soal makanan yakni harus halal dan baik. Artinya dalam soal makanan dan minuman ini kaum muslimin bukan hanya boleh makan makanan yang halal saja tetapi juga harus baik, nasinya baik dan lauknya juga baik.
                
Dalam bulan suci Ramadhan kita umat Islam menahan diri tidak makan dan minum, mulai terbit fajar sehingga terbenam matahari serta menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa. Menahan rasa lapar entah dalam bentuk berpuasa atau mengurangi makan sebagai ekspresi riyadhan juga merupakan syarat mutlak yang harus ditempuh oleh para spiritual. Tak ayal inilah amalan yang dilakukan oleh para Nabi/Rasul para sahabat, para tab’in tabi ‘itta’in, para sufi para ulama para syuhada dan orang shaleh lainnya.
                
Junjungan kita Nabi Muhammad SAW pun ternyata dalam kesehariannya tak pernah merasakan kenyang kesaksian sang istri tercintanya Siti Aisyah ra yang pernah mengatakan, ”Keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang dari roti gandum selama dua hari berturut-turut sampai Rasulullah SAW meninggal,” (Hr. Muslim).
                
Hal ini mengisyaratkan bahwa kehidupan rasul benar-benar penuh dengan riyadhah atau mujahadah sebagai ekspresi keprihatinan. Bahkan Aisyiah dilain kesempatan juga mengatakan, ”Kami keluarga Muhammad SAW pernah selama sebulan tidak menyalakan api (untuk memasak) selain hanya makan kurma dan air,” (Hr. Muslim ).
                
Itulah kehidupan Baginda Rasulullah Saw yang akrab dengan berlapar-lapar dalam kesehariannya. Itulah ekspresi sang spritualis sejati yang dimaksudkan semata-mata untuk mendekatkan diri kepadaNya. Oleh karena itu kaum muslimin diharapkan meneladani teladan Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah puasa yang mengisyaratkan dengan jelas dalam keadaan lapar.
               
Masalah menahan lapar dan haus bukan hanya di bulan Ramadhan saja. Menurut Imam Al-Qasthalani, orang yang perutnya sering dalam keadaan lapar atau karena berpuasa, maka ia merupakan metode yang ampuh untuk melembutkan hatinya. Hal itu ditandai misalnya dengan kemudahan meneteskan air matanya, karena gampang tersentuh oleh ketidakadilan dan keadaan.
                
Orang-orang kafir miskin yang serba kekurangan. Dengan hati mudah yang berempati seperti itu. Seseorang akan merasakan kebahagian yang tak terkirakan karena kedekatan dengan Allah SWT. Sebaliknya jika seseorang perutnya kekenyangan, hal itu akan mendatangkan kemudharatan antara lain : Pertama, akan menyebabkan hilangnya cahaya kebajikan.
                
Kedua akan menyebabkan kerasnya hati pelakunya, ketiga, akan mendorong untuk berbuat yang haram atau yang dilarang oleh agama. Keempat dengan kekenyangan akan menyebabkan mudah mengantuk dan tidur. Kelima, Yahya bin Mu’az  mengatakan, ”Barang siapa kekenyangan, maka akan malas untuk bangun malam. Artinya jika perut dalam kondisi yang wajar (tidak terlalu kenyang dan lapar) maka menyebabkan seseorang bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat malam.
                
Keenam jika seseorang terlalu sering dalam keadaan kekenyangan maka akan terbelenggu syahwat nafsu. Menurut Sayyid Ahmad Mansyur, salah satu kiat praktis untuk memerangi mengendalikan hawa nafsu yakni dengan menahan rasa lapar bukanlah sekali-kali puasa itu diperintahkan supaya manusia melepaskan kekenyangan nafsunya menerkam berbagai makanan yang membangkitkan berbagai selera yang menyebabkan maidah penuh padat sara.
                
Kita dapat berbagi macam manusia di bulan Ramadhan yang menyediakan makanan yang bermacam juga minuman yang beraneka ragam untuk berbuka. Mereka tidak memelihara undang-undang makan dan syarat-syaratnya.
                
Karena itu banyaklah diantara mereka yang mendapat sakit. Sejak dari pukul lima meja makan telah penuh sesak dengan halwa-halwa, kopi, coklat, mentimun, pisang, kelapa muda, mangga masak, sauh, jeruk, manggis, timphan, dan sebagainya.
                
Begitu tabuh berbunyi kita lihat tangan bermain diatas meja memperminkan garpu dan sendok. Mereka memenuhkan maidhahnya dengan rupa-rupa makanan, mereka mengukur kesedapan makanan dengan lidah bukan dengan ukuran perut.
                
Satu hal yang sangat penting bagi kita dalam menghadapi bulan suci yang menjelang tiba ini adalah persiapan kesehatan tubuh kita masing-masing. Yang jelas diriwayatkan, oleh At-Turmudzi dan Al-Miqdham bin Madikariba, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Cukuplah bagi anak adam beberapa suap nasi untuk meneguhkan tulang sulbinya, jika memang sangat perlu dibanyakkan (hendaklah maidah itu dibagi) sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk air dan sepertiganya untuk nafas,”.
                
Karenanya wajiblah atau orang yang berpuasa : Pertama mencukupi makanan dalam puasa sekedar yang perlu saja, Kedua, memakan makanan yang mudah hancur dikala berbuka, seperti kuah sup, Ketiga, menyempurnakan makanan sesudah shalat Magrib, Keempat menyedikitkan makanan, jangan terlampau sangat kekenyangan.
                
Hendaknya kita ingat di bulan Ramadhan ini atau bahkan setiap saat firman Allah SWT pada surah Al-Araf : 30 yang artinya makanlah kamu dan minumlah kamu janganlah kamu berlebih-lebihan karena Allah tiada menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Dan juga pepatah yang masyhur menetapkan, perut itu pangkal penyakit dan pantang itu pangkal penawar.

• Penulis adalah : Dosen FITK UIN Medan-SUMUT.

Kamis, 16 Juni 2016

Hikmah Puasa dan Manajemen Perubahan

Gedung Pasca Sarjana UIN Medan Sumut. • Mediamuallaf.com
Oleh : Professor Dr H AMROENI DRAJAT, MAg
Puasa sebagai madrasah universal dan manajemen perubahan bagi umat Islam. Pada saat memasuki bulan suci Ramadhan seperti saat sekarang ini, kita banyak mendengar ulasan-ulasan disekitar, kemulian bulan suci melalui tinjauan keagamaan atau tinjauan teologis dapat juga yang dimaksudkan adalah tinjauan ilahiyah sebab mendasarkan ulasan berdasarkan atas tinjauan Alqur'an dan Alsunnah puasa dari sudut tinjauan teologis merupakan kewajiban bagi semua umat Islam yang beriman kepada Allah SWT.
                
Sebagai bagian dari kewajiban yang diberlakukan untuk umat manusia dengan tujuan untuk mencapai peringkat taqwa. Biasanya diawali dengan membacakan surah Al-Baqarah ayat 183 sebagai lazimnya. Lalu dilanjutkan dengan berbagai keistimewaan dan ragam kemulian yang terkandung didalamnya.
               
Akan tetapi bulan suci ramadhan ini sebenarnya dapat pula digali pemahamannya dari sisi yang lain dan diharapkan dapat membangkitkan umat Islam kearah yang lebih baik, yaitu dimensi kemanusian atau sosiologinya. Sisi kajian ini bertolak dari isyarat –isyarat yang terkandung pada aktivitas rutin dari kegiatan ibadah puasa.
                
Sebab dari serangkaian isyarat itulah jika diperhatikan secara mendalam maka pada kewajiban berpuasa itu terkandung banyak makna yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan ini. Sebab itu pula kita dapat menyatakan bahwa puasa adalah madrasah kemanusiaan.
                
Dimana pada prakteknya puasa adalah sarana pendidikan karakter yang sarat dengan simbol-simbol pendidikan yang dapat digunakan sebagai persiapan menghadapi berbagai perubahan dan perkembangan zaman, jargon bahwa di dunia ini tidak ada yang pasti kecuali ketidakpastian itu sendiri.
                
Tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri. Artinya bahwa manusia dihadapi pada perubahan demi perubahan. Seperti yang dikatakan oleh seorang filsuf Yunani Heraklitus Panta Rhei, semuanya mengalir, tetapi yang harus dipahami bahwa perubahan itu selalu ada pada tingkatan materialistik. 
                
Tubuh kita berubah berkembang meningkat dari hari ke hari namun tanpa ada perasaan ikut berubah. Tangan kita yang sekarang ini sebenarnya bukanlah tangan kita pada waktu masih kecil, katakanlah ketika kita baru lahir. Begitu juga anggota tubuh yang lain, tetapi juga ada sesuatu yang selalu ada dan terus ada. Bahkan akan terus ada meskipun jasad manusia itu kembali lagi keasalnya ketanah.
                
Namun ada yang selalu dan terus mengada hingga kembali lagi ke asalnya. Nah terkait dengan yang selalu berubah inilah yang akan dibahas dikaitkan dengan kegiatan berpuasa sekarang ini. Dari sisi ini maka umat Islam yang mengerjakan ibadah puasa pada hakekatnya selalu dilatih setiap tahunnya untuk mengantisipasi perubahan yang terus menerus.
                
Umat Islam seakan diberikan penyegaran tahunan untuk menghadapi perubahan dalam kehidupannya. Umat Islam diseluruh dunia dilatih dan dingatkan akan adanya perubahan yang harus segera diantisipasi. Beberapa pola hidup yang turut berubah bersamaan dengan datangnya bulan puasa.

Pertama, perubahan pola makan. Berubahnya waktu makan, berubahnya selera makan, berubahnya cara pandang terhadap makanan. Perubahan waktu makan jelas bukan hal yang mudah, bagi yang terbiasa dengan sarapan pagi, maka makan sahur menjadi perubahan waktu makan yang sangat ekstrim.

Nah terhadap waktu perubahan ekstrim ini tidak ada yang boleh protes atau menentangnya karena hal itu merupakan perintah dari Nabi. Terkadang bangun masih malas namun dengan adanya sunnah untuk makan sahur, mau tak mau dikerjakan juga. Dengan demikian juga perubahan ini akan terus dilaksanakan sepanjang bulan puasa.

Proses membiasakan perubahan ini menjadi kata kunci tersendiri bagi pembentukan sikap dan karakter manusia serasional apapun umat manusia jika mengakui Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai nabinya maka perintah itu tak bisa ditawar-tawar lagi. Kepatuhan dan ketundukan muncul disini. Artinya bahwa umat Islam dilatih untuk melakukan perubahan pengaturan waktu makan.

Kedua, perubahan pola kerja dengan datangnya bulan puasa otomatis merubah pola jam kerja, biasanya masuk pukul delapan, dan pulang pukul empat tigapuluh sore misalnya, maka pada bulan puasa waktu kerja menjadi masuk pukul delapan dan pulang pukul tiga.

Perubahan jadwal kerja juga mempengaruhi jadwal kegiatan yang lain dengan begitu juga mengharuskan setiap orang yang berpuasa menyesuaikan diri dengan jam kerja yang telah ditetapkan. Semua kegiatan harus berubah dan menyesuaikan diri dengan waktu yang tersedia.

Ketiga, perubahan pola istrahat dari beraktivitas. Bersamaan dengan perubahan pola kerja membawa dampak pada perubahan waktu istrahat pula. Waktu istrahat menjadi berkurang. Umat Islam kembali dituntut untuk mengatur pola istirahatnya, kapan waktu yang tepat untuk beristrahat, kapan waktu yang tepat untuk bekerja atau beraktivitas. Harus diatur kapan istrahat, kapan waktu yang tepat untuk tadarus, kapan untuk bekerja, kapan untuk meluangkan waktu untuk keluarga, kapan meluangkan waktu untuk kegiatan di luar rumah.

Keempat, perubahan pola waktu beribadah, dengan menyadari bahwa bulan ini merupakan bulan bagi Allah SWT dimana segala kebaikkan ditanggung oleh Allah SWT pahalanya, maka setiap umat Islam juga dituntut untuk memperbanyak ibadah. Dengan datangnya bulan ibadah ini kita dituntut untuk mengatur kapan waktu beribah yang tepat, agar ibadah menjadi maksimal dan ibadah menjadi khusuk.

Kapan pula waktu yang tepat untuk menambah wawasan keagamaan, kapan waktu yang tepat untuk menambah keimanan dalam diri sendiri, kapan waktu yang tepat untuk bertadarus, kapan waktu yang tepat untuk membaca Alquran, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan salat tarawih, kapan waktu yang tepat untuk berzikir, kapan waktu yang tepat untuk bermuhasabah, kapan waktu yang tepat untuk membagi zakat fitrah nanti.

Kelima, perubahan rencana ekonomis, begitu masuk bulan suci Ramadhan hampir setiap orang terutama kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk memikirkan berbagai hal terkait dengan kehidupan selama puasa, bagaimana cara mendapatkan dan membagi rezeki untuk keperluan selama menjalankan ibadah puasa, berapa yang harus disiapkan untuk kepentingan berbuka dan sahur keluarga, berapa yang harus dipersiapkan untuk membayar zakat fitrah anggota keluarganya.

Berapa budget (bajet) yang harus disiapkan untuk membeli busana pantas bagi keluarganya, berapa dana yang harus disiapkan untuk kepentingan lebaran. Dengan bulan puasa melatih umat Islam untuk merencanakan kemampuan ekonomi keluarga masing-masing, secara ekonomis semuanya harus diperhitungkan. Intinya adalah perubahan menajemen keuangan keluarga.

Dari berbagai contoh pola perubahan diatas, maka dalam skala global sebenarnya hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi umat Islam sedunia. Melalui kegiatan yang dilaksanakan selama bulan puasa ini umat Islam di seluruh dunia di tuntut untuk selalu siap menghadapi perubahan demi perubahan. Umat Islam berarti memiliki kalender tetap bagi pendidikan bagi pendidikan dan pelatihan manajemen perubahan melalui serangkaian ibadah atau kegiatan-kegiatan lain.

Umat Islam juga berarti memilki jadwal tetap bagi pendidikan karakter melalui pelaksanaan ibadah puasa. Dengan demikian juga umat Islam seharusnya menjadi umat yang selalu siap dengan perubahan, sebab selalu dilatih untuk menghadapi perubahan setiap tahunnya. Untuk Islam seharusnya yang terbiasa dengan perencanaan yang matang dalam menghadapi segala kemungkinan hidup.

Umat Islam seharusnya menjadi umat yang selalu optimis dengan kehidupannya. Umat Islam seharusnya menjadi umat yang terdepan yang selalu siap dengan segala kemungkinan perubahan dan perkembangan zaman. Umat Islam seharusnya menjadi umat yang selalu berpikiran positif dan selalu siap dengan berbagai inovasi yang muncul setiap saat.

Dengan karakter umat Islam yang siap dengan berbagai perubahan seharusnya umat Islam seharusnya menjadi umat yang terbaik dari umat-umat yang lain. Apalagi hanya sekedar menghadapi MEA maka seharusnya umat Islam adalah umat yang paling siap untuk menghadapinya sebab sudah terbiasa dengan manajemen perubahan dalam kehidupannya dan memiliki karakter yang selalu terbuka terhadap perubahan. Wallahu alam bi al-shawab.

• Penulis adalah Guru Besar Filsafat Islam, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN-SU Medan.

Rabu, 15 Juni 2016

Ramadhan, Waktunya Investasi Amal

Gedung UIN Medan Sumut. • Mediamuallaf.com
Oleh : Drs H AHMAD BANGUN NASUTION, MA
Jika, anak-anak bergembira dengan kehadiran bulan Ramadhan disebabkan tibalah waktu untuk lebih banyak bisa bermain, berkumpul dengan teman-temannya, maka bagi umat Islam yang dewasa juga harus memiliki kegembiran tersendiri dengan motivasi yang tersendiri pula di Ramadhan ini.
                
Salah satu visi yang harus ditanamkan adalah bagaimana agar di bulan Ramadhan kali ini lebih berkualitas di banding Ramadhan kemarin, keharusan untuk memaksimalkan Ramadhan kali ini dengan ibadah dan kegiatan keislaman, sebab setiap manusia tidak akan pernah tahu kapan batas akhir ia bisa mencicipi bulan Ramadhan.
                
Menurut hemat penulis, misi yang bisa dilakukan antara lain adalah dengan mengatur target antara lain adalah dengan mengatur target yang harus dicapai bukan dengan terpaksa namun dengan motivasi dan kesungguhan bahwa aku bisa mengerjakannya antara lain adalah :

1. Menargetkan agar di bulan Ramadhan ini memaksimalkan membaca Alqur'an, jika bisa memahami Alqur'an contohnya, ”Saya harus bisa membaca Alqur'an setiap selesai salat minimal 1 lembar, atau saya harus bisa menghatam Alqur'an sampai akhir Ramadhan.
2. Menargetkan untuk memperbanyak salat sunat baik itu rawatih, duha, tahajud, tarawih, dan witir serta sederetan salat sunat lainnya.
3. Menargetkan untuk sedikit dan jika bisa tidak terikat dengan suasana, keadaan dan perbuatan yang menghilangkan nilai puasa. Seperti mengunjing, mendekati dengan sengaja sesuatu yang membangkitkan gairah nafsu syahwat dan semacamnya.
4. Tetap istiqomah, tawadhu, dengan amal dan ibadah yang dikerjakan, berusaha mengajak orang sekitar kita untuk ikut serta memaksimalkan bulan Ramadhan ini dengan ibadah meski dengan beragam cara dan metode. Dan terus berdoa agar keberkatan Ramadhan yang bisa didapati dan dirasakan nantinya tetap berkelanjutan meski bulan Ramadhan telah berakhir.

Rasul pernah berkata melalui sebuah Hadits, ”berapa banyak orang-orang yang berpuasa hanya mendapat rasa lapar dan haus saja,” Hadits Rasul ini memberi indikasi bahwa memang banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan nilai puasa yang sesungguhnya, bahkan banyak pada seseorang yang justru menabur dosa ditengah pergumulan orang-orang mengumpul kebaikan dan keberkahan dari Allah.
                
Orang bijak pernah berkata yang dikutip sebuah buku, “jangan mau jadi paku, jadilah palu,” Manusia umur 20 tahun tidak mau tahu apa yang dipikirkan orang tentang dirinya, umur 40 tahun manusia sibuk mencari tahu apa yang difikirkan orang tentang dirinya, dan di umur 60 tahun barulah manusia menyadari orang tidak pernah memikirkan apapun tentang dirinya,” Hal ini menggambarkan kelalaian manusia dalam mempergunakan waktunya hingga di penghujung usia baru menyadari betapa meruginya hidup yang selama ini dijalankan .

Oleh karenanya mari terus memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk lebih berkualitas di hadapan Allah. Kita masih terus belajar dalam hidup ini, belajar bermanfaat, berkualitas dan belajar mengabdi kepada Allah. Wallahu alam.

• Penulis adalah : Dosen FITK UIN Medan-SUMUT.

Minggu, 12 Juni 2016

Berdakwah di Era Teknologi Informasi

Gedung UMSU Medan Sumut. • Mediamuallaf.com
Oleh : Fadmin Prihatin Malau
Perintah berdakwah diantaranya terdapat di dalam Alqur'an. Surah Ali Imran ayat 110 yang artinya, ”Kami (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (Karena kamu), menyuruh, (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah merekalah orang-orang yang beruntung.
                
Hadist Nabi Muhammad SAW dari Abdullah bin Amir Ra. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya. “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat,” (HR.Bukhari) hadist memerintahkan kepada umat Islam untuk menyampaikan perkara agama dengan dasar bahwa agama Islam itu paling sempurna.
                
Firman Allah SWT dalam Alqu'an Surah Al-Maidah ayat 3 yang artinya, ”Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamu dan telah kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu,”.
                
Sedangkan sabda Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, ”Sampaikan dariku walau hanya satu ayat,” menurut Al Ma'afi An Nahrawani, agar setiap orang yang mendengar satu perkara dari Nabi Muhammad SAW bersegera sudah menyampaikannya meskipun hanya sedikit.
                
Bila dicermati 14 abad yang lalu masalah komunikasi informasi sudah dilaksanakan. Menyampaikan berarti menginformasikan. Setiap orang berarti setiap orang yang memiliki informasi segera menyampaikannya kepada orang lain agar segera tersambung dan tersampaikan.
                
Hari ini kita baru sadar bahwa era teknologi informasi merupakan penyempurnaan 14 abad yang lalu ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikan firman Allah SWT selalu mengatakan, hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir. Perintah Nabi Muhammad SAW ini dikenal dengan Tabligh atau menyampaikan ilmu dari Rasulullah SAW.
                
Menyampaikan dalil dari Alqur'an dan As Sunah, baik Sunnah yang berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (amaliyah), maupun persetujuan (taqri-riyah) dan segala hal yang terkait dengan sifat dan akhlak mulia Nabi Muhammad SAW.
                
Berdakwah merupakan amal sholeh yang pahalanya tidak terbatas, karena dari setiap ilmu yang diajarkan disampaikan dan apabila diamalkan oleh orang yang menerima ajaran dan apa yang disampaikan akan mendapat pahala yang sama dengan orang yang mengamalkan ilmu tersebut.
                
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya, ”Barang siapa menunjukkan atas kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya” (HR.Muslim).

Jejaring Sosial   
Era teknologi dan informasi sekarang ini melahirkan jejaring sosial yang sangat banyak. Menurut data terbaru ada sepuluh jejaring sosial yang populer di Indonesia yakni Fecebook, yang dibuat Mark Zuckerbeg situs paling banyak dikunjungi masyarakat Indonesia dengan pengguna sekitar jutaan orang. Penggunanya petani, pelajar, mahasiswa hingga presiden Indonesia dan di Indonesia penggunanya nomor 4 terbesar didunia setelah Amerika Serikat, Brazil dan India.
                
Kemudian Twitter pesaing jejaring sosial Facebook disukai masyarakat Indonesia dan menjadi terbesar nomor 5 di dunia. Jejaring sosial Path yang masih tergolong baru tetapi sudah disenangi masyarat Indonesia. Kelebihan Path penggunanya bisa menginformasikan melalu gambar foto serta video. Keunggulannya lagi pada desain bisa berbagi informasi kepada orang tertentu seperti keluarga dan teman. Data terakhir menunjukkan masyarakat Indonesia masuk nomor 5 pengguna Path terbesar di dunia.
                
Ada juga jejaring sosial Google Plus, ternyata di Indonesia Google Plus popular meski tidak sepopuler Facebook. Jejaring sosial Instagram yang didesain bisa penggunanya mengambil foto, lalu memposting keberbagai jejaring sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter.
                
Jenis jejaring sosial yang popular lainnya di Indonesia yakni Youtube, Line, Kaskus, Linkedin yang penggunanya hingga jutaan orang terutama para pebisnis dan pekerja professional. Terakhir yang ke sepuluh terpopuler jejaring sosial di Indonesia adalah Foursquare yang didesain bisa menginformasikan berbagai daerah atas lokasi ke teman-teman penggunanya.
                
Hampir semua jejaring sosial pada era teknologi informasi canggih sekarang ini sesuai dengan apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikan firman Allah SWT selalu mengatakan, hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir.
                
Sistem kerjanya sama dengan apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW, menyampaikan pada yang tidak hadir. Artinya para pengguna jejaring sosial melakukan hal-hal yang diketahuinya untuk disampaikan kepada orang-orang yang dikenalnya maupun yang tidak dikenalnya. Menyampaikan apa yang didengarnya, diketahuinya kepada orang lain melalui alat komunikasi informasi canggih.
                
Perangkat jejaring sosial yang ada hari ini merupakan media informasi yang pada zaman Rasulullah Muhammad SAW para sahabat apa yang didengarnya, apa yang di lihatnya dari nabi Muhammad SAW dengan cara lisan atau bertemu dengan sahabatnya bertatap muka dengan sahabatnya face to face.

Berdakwah Perintah Allah SWT  
Setiap umat Islam wajib menyampaikan apa yang diketahuinya kepada sesama umat Islam. Berdakwah merupakan perintah Allah SWT yang setara dengan shalat dan ibadah lainnya. Hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya, ”Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat,” (HR.Bukhari) cukup jelas kewajiban dari setiap ummat Islam untuk berdakwah.
                
Apa yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya pada dasarnya dalam era teknologi informasi canggih sekarang mengisyaratkan apa yang dikatakan nabi Muhammad SAW itu. Perintah berdakwah dalam Alqur’an Surah Ali Imran ayat 110. Itu sangat jelas agar ada segolongan umat manusia ini yang menyeru kepada kebajikan menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
                
Segologan itu tentunya para ustad, ulama yang bertugas menyampaikan ajaran agama Islam. Namun perintah kewajiban buat semua umat Islam untuk menyampaikan apa yang diketahuinya, didengarnya dari para ustad, ulama untuk semua umat Islam, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat,” sebagaimana Hadist Nabi Muhammad SAW itu sejalan, seiring,dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan jejaring sosial di permukaan bumi ini.
                
Ternyata era teknologi informasi komunikasi canggih yang melahirkan berbagai perangkat alat komunikasi dengan desain yang memudahkan para penggunanya sesungguhnya implementasi dari apa yang diajarkan nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu. Sudah waktunya umat Islam berada pada barisan terdepan dalam informasi komunikasi canggih hari ini dan pada masa mendatang.
                
Sebab berdakwah sau kewajiban buat setiap Muslim dimana pun berada di bumi Allah SWT ini, tanpa terkecuali perintah berdakwah tidak mengenal waktu dan tempat maka kehadiran teknologi informasi canggih kini dengan adanya jejaring sosial mewujudkan perintah berdakwah yang tidak mengenal waktu dan tempat sebab teknologi informasi itu bisa melakukannya. Kini tinggal kita umat Islam, mau atau tidak melakukannya.

• Penulis adalah Dosen Fakultas Pertanian UMSU.

Jumat, 10 Juni 2016

Membiasakan Anak Berpuasa

Gedung UMSU Medan - Sumut Tampak dari depan. •  Mediamuallaf.com
Oleh : Hasrian Rudi Setiawan, MPdi
Puasa dapat melatih dan mendidik seseorang untuk memiliki sikap sabar, ikhlas dan tahan uji serta banyak lagi pendidikan yang terdapat dalam pelaksanaan ibadah puasa. Bulan Ramadhan dapat dijadikan moment yang tepat untuk pendidikan disiplin dan akhlak sejak dini.
                
Anak merupakan amanah yang diberikan Allah kepada setiap orang tua. Karena itu, orang tua di tuntut untuk memberikan pendidikan kepada anak, terutama pendidikan agama. Kemudian anak juga merupakan anugrah Allah yang terkadang dapat membuat orang tua menjadi senang, juga terkadang membuat orang tua menjadi susah.
                
Ketika orang tua menginginkan anaknya untuk menjadi sosok seorang anak yang berbakti serta taat dalam beribadah kepada Allah maka orang tua hendaknya berusaha semaksimal mungkin agar anak-anaknya kelak menjadi anak yang soleh salah satunya dengan melatih anak untuk melakukan ibadah kepada Allah, seperti mengajak anak untuk sholat secara berjamaah, melatih anak untuk berpuasa Ramadhan dan melatih anak untuk berbuat kebaikkan.
                
Bulan Ramadhan adalah bulan latihan dan pendidikan terhadap setiap pribadi muslim, karena jika dilihat dari pelaksanaan ibadah puasa dapat melatih dan mendidik seseorang untuk memiliki sikap sabar ikhlas dan tahan uji serta banyak lagi pendidikan yang terdapat dalam pelaksanaan ibadah puasa. Bulan Ramadhan dapat dijadikan moment yang tepat untuk pendidikan displin dan akhlak anak sejak dini.
                
Menanamkan kesadaran kepada anak untuk melakukan puasa. Ramadhan dapat dimulai secara bertahap dan menyenangkan. Dengan mengajarkan anak puasa sejak dini, mereka akan terbiasa menjalankan ibadah puasa sebagai sebuah kebiasaan dan bukan lagi menjadi tekanan.
                
Hal ini akan bermanfaat bagi kesehatan dan kecerdasan spiritual anak dimasa mendatang. Melatih anak puasa Ramadhan tidak sama dengan mewajibkan mereka berpuasa. Bahkan didalam Islam sendiri telah disabdakan oleh rasul-Nya yang artinya “Tidak ada kewajiban syar’I bagi anak-anak yang belum baligh“ kemudian dalam hadits lain Rasulullah bersabda yang artinya, ”Kami puasakan pula anak-anak kecil kami, dan kami berangkat ke masjid dengan menjadikan mainan dari kapas buat mereka, jika ada salah seorang dari mereka menangis minta makanan, kami berikan mainan itu kepadanya sampai masuk waktu berbuka,” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
                
Dalam hadits menjelaskan tidak terdapat kewajiban bagi anak yang belum baligh untuk melaksanakan ibadah puasa. Namun orang tua tetap memiliki kewajiban untuk membiasakan melatih dan mengajarkan kepada anak untuk berpuasa serta melakukan ibadah kepada Allah.
                
Membiasakan anak untuk berpuasa sebenarnya tidaklah sulit, hanya perlu kesabaran untuk membiasakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu mengajak anak untuk berpuasa. Misalnya dengan membangunkan tidur anak untuk makan sahur, kemudian ketika siang hari anak minta makan atau minum. Maka katakanlah kepada anak dia sedang berpuasa dan ketika anak tidak tahan untuk menahan lapar dan dahaga maka ijinkanlah anak untuk berbuka (puasa setengah hari), namun hal ini dilakukan secara kontiniu (berkesinambungan).
                
Dan yang terakhir ketika waktu berbuka puasa (azan Maghrib) maka ajaklah anak untuk berbuka bersama. Kemudian dalam membiasakan anak untuk berpuasa hendaknya orang tua, harus melihat serta mempertimbangkan kondisi fisik serta kemampuan anak untuk berpuasa.

• Penulis adalah Dosen FAI UMSU.

Berpuasa Karena Allah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA (UMSU).  Mediamuallaf.com 
Oleh : Robie Fanreza, SPdi, MPdi
Sangat disayangkan bila puasa ramadhan yang dikerjakan tidak diterima Allah. Megapa Allah tidak menerima puasa ramadhan seorang muslim diantaranya kita berpuasa bukan karena Allah melainkan karena unsur riya. Apa pengertian riya dalam Islam yaitu beribadah ingin dipuja dan dipuja orang. Pujian dari orang tentu kita dapatkan tetapi kebaikkan dari Allah belum tentu diperoleh
                
Dikisahkan tiga seorang muslim ketika dihadapan Allah ditanyak soal amal baik selama hidup di dunia. Orang pertama sewaktu hidup ia ikut berjihad di jalan Allah dan saat ikut berjihad ia meninggal ditengah-tengah medan peperangan. Kemudian dihadapan Allah ia di tanyak “apakah kamu ikut berjihad di medan pertempuran wahai hamba-Ku? jawabnya Ya benar dan hamba melakukannya karena Allah. Engkau dusta kata Allah, kau melakukannya karena ingin di puja dan di puji oleh teman-teman dan dianggap sebagai seorang mujahid. Malaikat Malik kata Allah masukkan hamba ini kedalam neraka.
               
Kemudian orang yang ke-dua sewaktu hidup ia suka dan senang mengajarkan Alqur'an dengan kepandaiannya tersebut orang-orang mahir dalam membaca Alquran. Akhirnya ia mendapatkan kematian dan ditanya Allah tentang kemahiran serta apakah benar ia mengajarkannya kepada orang lain. Lantas hamba tersebut menjawab benar ya dan hamba melakukannya dengan senang serta karena Allah, Engkau dusta kata Allah kau melakukannya karena ingin dianggap pintar dan mahir dalam membaca Alqur'an .Wahai malaikat malik, antar orang ini kedalam api neraka.
            
Orang yang ketiga adalah orang yang rajin bersedekah kepada anak yatim piatu, berinfak kepada masjid dan berderma kepada orang lain. Pada waktu kematian menjemputnya maka Allah bertanyak kepadanya apakah yang dilakukannya karena Allah atau karena yang lain. Hamba tersebut menjawab, karena Allah. Engkau dusta kata Allah kau melakukannya karena ingin dianggap sebagai orang yang dermawan. Malaikat Malik masukkan orang ini kedalam api neraka.
                
Terkait dengan kisah diatas, segera kita perbarui niat dan tujuan puasa Ramadhan yang telah atau akan dikerjakan pada hari esok. Puasa harus dikerjakan berdasarkan iman dan karena keikhlasan kepada Allah. Maka setiap ibadah yang dikerjakan akan bernilai baik kepada pelaku. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad diriwayatkan oleh Bukhari 1761 dan Muslim 1946 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata. Rassullah sallahu’alai wa sallam bersabda Allah berfirman, ”Semua amal anak adam untuknya kecuali puasa, Ia untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya, ketika semua amal untuk Allah dan Dia yang akan membalasnya, maka para ulama berbeda pendapat dalam firmanya “Puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”.

Mengapa puasa dikhususkan? Al-Hafida Ibnu Hajar rahimahullah telah menyebutkan alasan dari perkataan para ulama yang menyelesaikan makna hadist dan sebab pengkhusussan puasa dengan keutamaan ini. Bahwa puasa tidak terkena riya sebagaimana amalan lainnya terkena riya. Al-Qurtuby rahimahullah berkata “ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, maka puasa tidak yang dapat mengetahui amalan tersebut kecuali Allah, maka Allah sadarkan puasa kepada dirinya.

Oleh karena itu dikatakan dalam hadist “Meninggalkan syahwatnya karena diriku“ Ibnu Al-Jauzi rahimahullah berkata, ”Semua Ibadah terlihat amalannya. Dan Sedikit sekali yang selamat dari godaaan yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya berbeda dengan puasa.

Penutup
Masih tersisa waktu buat kita memperbaharui niat ibadah puasa ramadhan agar kita menjadi orang yang beruntung dan bertaqwa kepada Allah. Orang yang baik ialah tidak menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya. Beribadah harus ikhlas kepada Allah, bukan sebaliknya. Yakinlah dengan keikhlasan niat seorang hamba Allah akan memberikan kebaikan-kebaikan yang bernilai ibadah.

• Penulis adalah Dosen UMSU dan Wakil Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Sumut.